Jumat, 08 Mei 2009

ROCK CLIMBING


R O C K C L I M B I N G
( P A N J A T T E B I N G )



Pada awalnya Rock Climbing adalah tekhnik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batu seperti tonjolan atau rekahan.


1. Sejarah Rock Climbing
Pada awalnya rock climbing lahir dari kegiatan eksplorasi alam para pendaki gunung dimana ketika akhirnya menghadapi medan yang tidak lazim dan memiliki tingkat kesulitan tinggi,yang tidak mungkin lagi didaki secara biasa (medan vertical dan tebing terjal).Maka dari itu lahirlah teknik rock climbing untuk melewati medan yang tidak lazim tersebut dengan teknik pengamanan diri (safety procedur).Seiring dengan perkembangan zaman rock climbing menjadi salah satu kegiatan petualangan dan olah raga tersendiri.Terdapat informasi tentang sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville yang mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 mdpl) di kawasan Vercors Massif pada tahun 1492. Tidak jelas benar tujuan mereka, tetapi yang jelas, beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di pegunungan Alpen diketahui adalah para pemburu Chamois (sejenis kambing gunung). Jadi pemanjatan mereka kurang lebih dikarenakan oleh faktor mata pencaharian.
Pada tahun 1854 batu pertama zaman keemasan dunia pendakian di Alpen diletakan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke puncak Wetterhorn (3708 mdpl). Inilah cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya barulah terdengar manusia-manusia yang melakukan pemanjatan tebing-tebing di seluruh belahan bumi.
Lalu pada tahun 1972 untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal olimpiade, yaitu didemonstrasikan dalam olimpiade Munich.
Baru pada tahun 1979 olah raga panjat tebing mulai merambah di Indonesia. Dipelopori oleh
Harry Suliztiarto yang memanjat tebing Citatah, Padalarang. Inilah patok pertama panjat tebing modern di Indonesia.

2. Macam-macam Rock Climbing
Dikenal dua jenis teknik pemanjatan rock climbing, yaitu scrambling dan technical climbing.

1) Scrambling: yaitu pendakian pada tebing yang tidak terlalu terjal dan sulit serta tidak memerlukan tekhnik/peralatan khusus. Tebing gunung yang dilalui memiliki kemiringan yang cukup besar. Untuk melaluinya kadang hanya menggunakan tangan untuk menjaga keseimbangan.

2) technical climbing: yaitu pendakian yang sulit dan memerlukan tekhnik/peralatan khusus, dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Artificial Climbing
Artificial climbing adalah teknik pemanjatan yang menggunakan peralatan (pengaman) digunakan selain untuk mengamankan pemanjat (menahan pada saat jatuh), juga di gunakan untuk menambah ketinggian. Biasanya teknik ini lebih mengutamakan sisi petualangan yang pemanjatannya menggunakan jalur yang panjang dan proses pemanjatannya memakan waktu yang lama (berhari-hari). Artificial Climbing disebut juga pendakian yang menggunakan peralatan khusus dan tekhnik khusus.
b.Free Climbing
Free climbing adalah teknik pemanjatan yang menggunakan peralatan (pengaman) digunakan hanya untuk mengamankan pemanjat (menahan pada saat jatuh) tidak digunakan untuk menambah ketinggian. Biasanya teknik ini lebih mengutamakan sisi prestasi dan olah raga. Free climbing umumnya menggunakan jalur-jalur yang pendek dan singkat. Disebut juga pendakian yang tidak memerlukan peralatan khusus tetapi hanya tekhnik khusus.
Free Soloing :Merupakan bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri.Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan atau pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghapalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.

3. Teknik Rock Climbing:

1. Face Climbing :Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan badanya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang salah. Tangan manusia tidak bias digunakan untuk mempertahankan berat badan dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan berat badan ke tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir. Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.

2. Friction / Slab Climbing :Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.

3. Fissure Climbing : Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut.

· Jamming : teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, atau tangan dapat dimasukkan/diselipkan pada celah sehingga seolah-olah menyerupai pasak.

· Chimneying : teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar (chomney). Badan masuk diantara celah, dan punggung di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke belakang. Kedua tangan diletakkan menempel pula. Kedua tangan membantu mendororng keatas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.

· Bridging : teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies). Caranya dengan menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua celah tersebut. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.

· Lay Back: teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan tangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan punggung miring sedemikian rupa untuk menenpatkan kedua kaki pada tepi celah yang berlawanan. Tangan menarik kebelakang dan kaki mendorong kedepan dan kemudian bergerak naik ke atas silih berganti.

4. Taktik Pemanjatan
Dalam rock climbing ada dua taktik pemanjatan,yaitu Himalayan Tactic dan Alpin Tactic
a.Himalayan Tactic
Himalayan Tactic adalah taktik pemanjatan tebing dengan cara menghubungkan antara base camp dengan tim pemanjat melalui tali. Perlengkapan dan logistik bisa dikirim secara estafet dari base camp ke tim pemanjat.
b.Alpin Tactic
Alpin Tactic adalah taktik pemanjatan tebing tanpa berhubungan lagi dengan base camp. Semua kebutuhan tim (peralatan dan logistik) tim pemanjat dibawa terus olleh tim pemanjat.
Seorang pemanjat tebing dituntut untuk berani, teliti dan berkemampuan menganalisa tinggi, yaitu berpikir dan bertindak cepat dan tepat pada saat kritis. Pemanjat tebing wajib memiliki mental baja dan ketahanan fisik yang besar. Selain itu juga harus memiliki kelenturan tubuh, dan penguasaan teknik yang benar. Karena hal-hal itu merupakan dasar dari panjat tebing.

Alat-alat rock climbing:
~> Tali Karmantel:

Terdiri dari Long Core Fibre atau Polymade Yern spel, dijalin menjadi satu (Kern), lalu dibungkus dengan anyaman Cotton Fibre (Mantel). Fungsinyaadlah sabagai pengaman dalam pendakian maupun saat turun biasanya digunakan untuk mendaki dan menuruni tebing/gunung.
Dengan standar UIAA (Union Of Alpine Association) tali yang lazim digunakan adalah:

Ukuran (mm)

Kekuatan

Daya lentur

Berat tali per meter

Standar panjang tali

8,8

1450 kg

7,50%

48 gr

40-60 m

10,5

2200 kg

6,00%

68 gr

30-60 m


~> Carabiner:


terbuat dari campuran baja dan alumunium yang ringan.
>Kekuatan:
1. carabiner kunci: pintu tertutup atau screwgate carabiner. 2200-3700 kg
2. carabiner pintu terbuka. 1200-1850 kg.
>Macam-macam carabiner:

Wiregate, oval, example specs., offset D, screw lock D, locking pear/HMS.
~>Figure Of Eight:

Terbuat dari campuran baja dan alumunium yang ringan. Fungsinya adalah saebagai alat untuk menuruni tebingdibantu oleh tali carmantel. Dapat menahan beban maksimum 3000 kg.

~> Hummer(palu): diginakan mencabut atau menancapkan phytondari tebing.

~> Phyton (paku):
dagunakan sebagai pengaman tali carmantel yang ditancapkan pada tebing. Jenis phyton: Meable Phyton (phyton yang tetap karma disesuaikan dangan ruang pada celah batu).Chome Molybdenum (Cromaly) dengan sifat baja yang kaku dengan menggunakan phyton dipaksakan untuk masuk dalam celah. Dapat berkali-kali dipakai, kekuatan sampai 2000 kg. Phyton Baja Putih (sama dengan Cromally). Expansi Bolt/placing Bolt(penggunaan dibuatkan dulu lubang pada tebing dan hanya satu kali dipakai dalam pemanjatan). Macam-macam phyton:


· ace of hert
-universal
-knive blade
-channel
-offsite
-lost arrow/bugaboos
-angel
-leeper
-bong-bong
-purp
-absel piton

~>Shoes:

· Pilih sepatu dengan ukuran yang sesuai dengan kaki, seketat mungkin dan bentuk nya mengerucuk di ujung, pilih jenis kelenturan yang cocok (kulit atau sintetis)
· Jangan memakai sepatu ketika tidak memanjat karena sepatu Panjat Tebing dibuat untuk climbing dan bukan untuk belaying, spotting atau hiking.
· Jangan menyimpan sepatu setelah climbing langsung kedalam ransel karena sepatu masih dalam keadaan lembab / basah oleh keringat dan merangsang jamur / bakteri tumbuh yang akan membaut sepatu bau dan benang jahitannya membusuk / rusak. Sebaiknya biarkan sedikit kering dahulu atau cukup gantungkan sepatu dibagian luar ranselmu (bisa pake karabiner) agar sepatu terkena angin dan lebih cepat kering.
· Jagalah sol sepatu tetap bersih. Gunakan sikat untuk keperluan membersiahkan setiap saat dansetelah selesai memanjat.
· Untuk sepatu laces (tali), longgarkan tali pengikat sepatu setelah kamu selesai pemanjatan dan tarik lidah sepatu (bagian sepatu yang menutupi atas kaki) keluar. Untuk sepatu velcro periksa dan bersihkan velcronya, soalnya kalo kotor bakal cepet rusak dan velcronya engak lengket banget yang hasilnya sepatunya enggak akan bisa dipake ngetat dan ngejoss.
· Jangan menjemur sepatu yang agak basah, lembab langsung dibawah sinar matahari. Simpan sepatu ditempat yang terangin-angin, kering namun tidak terlalu panas. Penyimpanan sepatu ditempat panas membuat perekatnya menjadi meleleh dan tempelan antar karet juga kulitnya cepet lepas. Jika sepatu terasa lembab disebabkan keringat, bisa digunakan butiran pengering (silica gel).
· Jika sepatu bau, tuangkan baking soda kedalam sepatumu dan diamkan selama kurang lebih semalam. Penggunaan kaos kaki tipis juga bisa mengurangi bau sepatu yang diakibatkan oleh keringat dan lembabnya udara.
· Jika sepatu dalam keadaan sangat kotor, cuci menggunakan tangan dan jangan menggunakan air panas, pemutih atau deterjen. Penggunaan mesin cuci sangat TIDAK disarankan.
· Saat sol bagian bawah sepatu telah tipis segera di resole / tambal ganti karet baru. jangan menunggu hingga berlubang
· Sepatu yang jarang digunakan akan membuat sol nya menjadi keras untuk itu segera bersihkan dengan kain dan air hangat kemudian gosok dengan sikat lembut hingga keliatan karet yang keliatan lebih hitam dan segar. Penggunaan sikat ini jangan terlalu sering, karena meskipun efektif namun membuat sol cepat tipis atau gunakan kertas ampelas (sand paper) yang biasa dugunakan untuk menghaluskan kayu. Dapat juga digunakan penghapus pulpen, penghapus ini lebih keras dari penghapus pensil. Gosok di bagian depan sol sepatu dan bersihkan sebersih mungkin debu/ kotoran karet yang ada. Namun Cara paling gampang adalah denga saling menggosokan kedua sol sepatu yang kanan dan yang kiri setiap selesai / akan melakukan pemanjatan. Tip yang ini dipraktekan oleh beberapa pemanjat saat emergensi / dadakan dengan menggunakan air ludah.

~>Helmet:
Digunakan untuk melindungi kepala dari jatuhan batu di atas tebing.

~>Disk clibing:

Alat bantu untuk naik.

~>Pully:
Terbuat dari plastic sintetis dan alumunium yang ringan dan kuat. Fungsinya adalah sebagai katrol, alat untuk mengangkat barang, juga dapat digunakan untuk meluncur dalam penyebrangan.

~>Webbing:
Terbuat dari fiber cotton yang dianyam kuat, berfungsi sebagai pengganti hernes atau pengaman tubuh kita. Juga berfungsi sebagai penghubung tubuh kita dengan carabiner, serta dapat membuat angkuran (pengaman pada simpul di ujung karmantel.

~>Harnes:

Alat pengaman

~>Calk Bag:

tas / kantung untuk menaruh magnesium.

~>Calk Magnesium (Magnesium karbonat) :
semacam kapur magnesium untuk menyerap keringat dari telapak tangan, agar cengkraman tidak licin.

~> Runner:
Pita pipih dari fibri cotton, berfungsi sebagai penghubung antara karabiner, tangga, harness, dan chock stone (termasuk webbing). Jenisnya ada turbular nylon webbing, mempunyai lubang di tengah, dan solid nylon webbing, tidak mempunyai lubang. Ada macam-macam runner : Hero Loops (small runner, untuk penghubung antara karabiner, tangga, harness, dan chock stone dan mambuat harness). Stiruup (Medium runner, untuk membuat tangga). Hardware rack (tempat menggantungkan alat seperti carabiner , nuts, calk bag, dsb. Tapesling/sling (unytuk tabular dan runner solid)

~> Dessending:

Alat bantu yang dipakaipada waktu turun menggunakan tali
macam-macamnya ada figure of eight, brake bar (alat yang dapasang pada karabiner)
shu9nt (alat yang dijepitkan pada tali yang disebut juga PETZL). Jenis rool stop: stop self, locking desender, singgel desender,. Untuk shunt dan rool stop biasanya dogunakan dalam caving.

~> Artificial chock stone/Jam nute/chock:

Alat Bantu yang digunakan dengan cara memasukan ke dalam celah batu (carck) sehingga terjepit dan mampu menahan beban dari arah tertentu. Bentuk chock ada yang bulat, heksagonal, (chock hexentrik) dan baji (wedge) disebut stopper. Jenis chock : natural chock stone, wired peck crackers, wired choinard stopped, wired forest,focheed, elog hexagonal nuts, dan chouinard hexentrick. Friend bentuk setengah lingkaran, gunanya unuk menjepit antara celah yang membesar ke atas/bawah, dapat di sesuaikan dengan ukuran celah, dipakai dalam keadaan yang benar-benar terpaksa karena tidak ada tidak ada kesempatan memasang alat lain pada tebing yang dilalui.

~>Assender: alat yang dijepitkan pada tali bekerja otomatis digunakan untuk naik tebing, jenisnya : jumar, PETZL, dll.


~> Tali prusik:
Tali kecil dengan diameter 5 mm. dapat digunakan untuk menghubungkan tali antar karnantel dan karbiner.

~> Sropper belay: digunakan untuk membelai, menyetop tali secara otomatisjika salah satu ujung mendapat tekanan.
~> Sky Hook: kait untuk menanjat tebing. Biasanya dipakai di tebing yang bersalju.

0 komentar: